Di Coffeewar

Instagram @coffeewar
Di antara tempat ngopi paling enak, Coffeewar adalah satu dari sekian banyak tongkrongan yang menawarkan kenyamanan.
Pada suatu siang sekitar bulan April 2016, saya berjanji dengan seorang pemimpin perusahaan sekaligus pimpinan redaksi sebuah media baru di Jakarta. Saya sudah empat tahun lebih mengenal sosok yang akan saya temui.
Hanya bermula dari pesan pendek, kami berjanji buat bertemu. “Di Coffeewar” katanya saat itu.
Dialah Sapto Anggoro, jurnalis senior sekaligus pebisnis media yang namanya mungkin tak asing dalam perkembangan industri media di tanah air. Sapto, begitu ia dipanggil berjanji dengan saya di Coffeewar, tempat ngopi yang jaraknya hanya terjeda satu bangunan dari tempat ia berkantor.
Sebagai junior, saya datang lebih dulu. Sekitar sejam kemudian, ia datang menemui saya dan kami kemudian berbincang tentang hal menyangkut ide dan gagasan dan pekerjaan yang saya lakukan.
Singkat cerita, dari Coffeewar, saya kemudian memilih jalan hidup lain. Meninggalkan kantor media dibilangan Tebet Barat dan hijrah ke media baru di Kemang Timur.
Coffeewar mungkin bukan tempat yang kerap saya singgahi. Tapi dari tempat ini, kelak saya berkenalan dengan orang-orang hebat di kantor Kemang Timur.
Sebut saja Zen RS, Fahri Salam dan Nuran Wibisono. Tiga orang ini adalah idola saya dalam perkara penulisan. Fahri khususnya, adalah orang yang langsung bersinggung dengan saya karena selama bekerja di Kemang Timur, ia sosok yang kerap mengedit naskah-naskah busuk saya dan diubah dengan ciamik.
“Jelek aja belum,” kata Fahri. Ini adalah ungkapan dari Fahri yang terlontar saat melihat naskah-naskah jelek yang kerap membuat kepala pusing.
Selain Fahri, saya juga mengenal sastrawan macam Dea Anugrah dan Sabda Armandio. Ada pula Arlian Buana dan tentunya Maulida Sri Handayani serta bapak bagasi literasi, Petrik Matanasi.
Intinya, dari Coffeewar, saya bisa bertemu mereka-mereka yang lebih khatam dengan industri media dan penulisan. Dari Coffeewar pula lah, beberapa tema yang digagas lahir.
Suatu kali, sebelum rapat besar di sebuah tempat di Jawa Barat, kami menyusun gagasan yang kelak akan dibawa kedalam musyawarah. Tempat ini memang paling asik untuk bercengkrama dan berdisuksi tentang banyak hal dengan kolega dan kawan-kawan.
Saban malam, kadang ada hiburan musik dan beberapa musisi yang kerap datang dan bermain di tempat ngopi ini. Coffeewar memang tempat mengasyikan. Ia, selain makanan dan kopinya yang enak dilahap, harganya pun tak mahal-mahal amat (sekali).
Pada 2018, seingat saya, Coffewar berpindah tempat dari lokasi lama, namun tetap berada di Jalan Kemang Timur Raya. Di lokasi baru ini saya sempat datang beberapa kali untuk berjanji dengan beberapa kolega.
Lama tak ke Coffeewar, malam tadi saya mendengar kabar tentangnya. Coffeewar, tempat ngopi yang menemani karir perjalanan saya sebagai manusia terpaksa harus angkat kaki dari Kemang Timur. Kabarnya, tentu membawa kesedihan bagi orang-orang seperti saya.
Coffeewar, terima kasih telah menemani perjalanan saya sebagai manusia dan menjadi tempat ngopi yang asyik. Di mana pun tempat mu nanti, semoga kamu selalu menjadi tempat yang asyik dan menu yang enak bagi siapa pun.